Sabtu, 07 Januari 2012

Khilafah Bukan Utopis

Sikap pesimistis akan tegaknya kembali khilafah
Islamiyah di muka bumi ini,masih dimiliki oleh
sebagian kaum muslimin di negeri ini. Bahkan tak
jarang sikap ini berlanjut kepada sikap sinis dan
peremehan kepada gerakan pejuangan penegakan kembali
Khilafah Islamiyah. Tak sedikit pula dari mereka yang
mengatakan bahwa khilafah Islamiyah adalah utopia.

Memang benar, Khilafah Islamiyah akan menjadi hal yang
utopis, jika hanya diomongkan saja sambil lalu atau
tidak diperjuangkan. Tetapi jika khilafah islamiyah
diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan teguh pada
prinsip perjuangan, maka khilafah islamiyah adalah
sebuah keniscayaan. Bagi orang yang yakin akan janji
ALLAH Swt dan mampu mengabstraksikan apa yang terjadi
hari ini untuk masa depan maka tegaknya khilafah
Islamiyah adalah semua keharusan dan bukan mimpi.

Optimisme ini muncul bukan tanpa alasan. Setidaknya
ada beberapa alasan yang menguatkan keyakinan ini :

1.  Allah SWT berulang kali menegaskan janji-Nya bahwa
kemenangan akan dapat diraih oleh orang yang menolong
(agama) Allah dengan berupaya menegakkan
hukum-hukum-Nya di muka bumi ini. Allah SWT
memfirmankan : 

“Apabila kalian menolong (agama) Allah, maka (pasti)
Allah akan memberi kalian kemenangan.” (Qs. Muhammad
[47]: 7). 

Selain itu, Allah SWT mengabarkan bahwa Daulah
Khilafah Islamiyah akan tegak lagi. Padahal Allah SWT
adalah Dzat Maha Tahu, dan mustahil dusta. Di antara
kabar syar’i tersebut adalah: 

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
shalih (diantaranya berjuang menegakkan Islam di muka
bumi) bahwa Dia sungguh pasti menjadikan mereka
berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia
pasti meneguhkan bagi mereka dien yang telah
diridlai-Nya (Islam) untuk mereka. Dan Dia benar-benar
akan menukar keadaan mereka mereka dalam ketakutan
menjadi mana sentausa, (dengan syarat) mereka tetap
menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan siapa saja yang (tetap) kafir
sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (Qs. An-Nuur [24]: 55). 

Rasulullah SAW bersabda: 
“Telah datang suatu masa kenabian atas kehendak Allah
kemudian berakhir. Setelah itu akan datang masa
Khilafah Rasyidah sesuai dengan jalan kenabian, atas
kehendak Allah, kemudian akan berakhir. Lalu, akan
datang masa kekuasaan yang terdapat di dalamnya banyak
kezhaliman, atas kehendak Allah, kemudian berakhir
pula. Lantas, akan datang zamannya para diktator
(mulkan adludan), atas kehendak Allah, akan berakhir
juga. Kemudian (terakhir), akan datang kembali masa
Khilafah Rasyidah yang mengikuti jalan kenabian.” [HR.
Imam Ahmad dan Al Bazzar].

Dalam sejarah tercatat, bahwa shahabat pernah bertanya
kepada Nabi SAW: “Ya, Rasulullah, kota manakah yang
akan lebih dahulu ditundukan, Konstantinopel ataukah
Roma?” Rasulullah pun menjawab: “Kota Heraklius
(Konstantinopel) yang akan ditundukan terlebih
dahulu.” [HR. Ahmad dan Ad Darmi]. 

Sejarah mencatat bahwa Konstantinopel pernah
ditundukan oleh pasukan kaum muslimin tahun 1453 M.
Sekarang namanya Istambul, di Turki. Sementara, Roma
belum pernah ditaklukan. Jadi dengan janji Allah Swt,
Roma akan ditaklukan kelak ketika khilafah kembali
tegak.

Berdasarkan semua ini, setiap muslim yang benar-benar
yakin kepada janji Allah SWT sadar betul bahwa
Khilafah akan kembali. Sungguh Allah telah mengabarkan
hal ini kepada seluruh umat manusia.

2. Secara faktual, sebuah ideologi memiliki sifat
menggunguli ideologi lainnya. Ketika sebuah ideologi
semakin lama semakin  menguat maka ideologi lainnya
akan semakin lama akan semakin  melemah. Dan akhirnya
Ideologi yang diremehkan  itu akan mendapatkan kemenangannya.  Realitas
menunjukkan bahwa ideologi sosialisme saat ini telah
hancur. Dan ideologi kapitalisme sedang banyak
diprotes bahkan oleh pendukungnya sendiri karena
kebobrokannya yang nampak dimana-mana. Kehancuran
akibat penerapan ideologi kapitalismepun semakin jelas
didepan mata. Disisi lain, tambal sulam antara
kapitalis dan sosialismepun terus terjadi sebagai
indikasi bahwa kapitalis sedang mengalami pembusukan
yang akan berakhir pada jurang kehancuran.


Pada saat yang sama, semangat keislaman kaum muslimin
semakin jelas terlihat. Kaum muslimin semakin berani
untuk menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim.
Muslimah dengan jilbabnya di tempat umum, buku-buku
islam semakin digemari, pengajian dimana-mana,
tuntutan penerapan syariat semakin nyaring terdengar
dan para pengemban dakwah bermunculan dimana-mana
dengan gagahnya. Kaum muslimin semakin banyak yang
menyadari bahwa keislaman mereka harus diterapkan
dalam kehidupan mereka. Islam adalah the way of life
mereka.

Ini adalah indikasi bahwa ideologi Islam yang dulu
pernah terpuruk akibat konspirasi jahat barat dengan
menghancurkan khilah islamiyah pada tahun 1924, sedang
berjalan menuju kebangkitannya. Semakin lama semakin
terlihat kekuatannya. Sehingga tidak aneh jika ini
memunculkan kekhawatiran barat akan kemenangan
ideologi Islam dengan khilafahnya. Munculnya
tuduhan-tuduhan terorisme, fundamentalisme, ataupun
ekstrimis yang semakin gencar tidak lain hanya
menunjukan ketakutan mereka yang mengunung akan
kembalinya umat Islam pada kemuliaan dan kemenangannya
dengan berdirinya  khilafah sebagai implementasi dari
Ideologi Islam yang dicontohkan Rasul dan telah
tercatat dalam sejarah selama 12 abad. Disisi lain
kapitalisme terus berjalan menuju titik nol ( 0 )

3. Secara historis : sejarah membuktikan bahwa
perubahan yang besar seperti berkobarnya revolusi dan
berdirinya negara bukanlah hal yang utopis apalagi
mustahil.
Tahun 1848 Karl Marx dan Engels mencetuskan ide
Komunismenya dengan manifesto komunisnya, dan
masyarakat menyambut dingin. Mungkin saja saat itu
masyarakat berfikir bahwa negara komunis adalah
utopis.Namun, setelah terus diupayakan dan berkobar
Revolusi Bolshevik, tegaklah negara Uni Soviet tahun
1917. Terbuktilah bahwa negara komunis bukan utopis.

Juga saat Indonesia dijajah Belanda, tidak terbayang
kita akan dapat “merdeka” setelah 350 tahun dijajah
Belanda. Bagi sebagian orang atau bahkan mungkin
kebanyakan orang, “merdeka” dari Belanda adalah
utopis. Tapi realitasnya, Belanda berhasil diusir oleh
orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh dan
penuh keyakinan akan keniscayaannya.Kemudian
berdirilah apa yang disebut-sebut dengan Republik
Indonesia.

Jadi sesuatu yang dikatakan utopis oleh seseorang
belum tentu memang benar utopis. Sebab, bisa jadi
sikap utopisnya itu lahir dari tipisnya keimanan yang
ada pada dirinya, sempitnya wawasan yang dimilikinya
dalam memandang realitas sejarah dan realitas
kekinian, ketakmampuannya merumuskan idealitasnya
dalam konsep dan metode yang jelas, serta
ketidakbecusannya dalam mewujudkan visi-visinya.

Khilafah adalah pasti bukan utopis, apalagi Khilafah
Islamiyah sudah tercatat dengan tinta emas dalam
sejarah kehidupan kaum muslimin. Sungguh,  bukanlah
hal yang tak mungkin untuk mengulang kembali sejarah
Indah itu. Kebangkitan Khilafah Islamiyah hanyalah
tinggal menghitung hari.

Selasa, 20 Desember 2011

Mendengarkan Bukan Hanya Mendengar

         Kata kata seorang guru ini begitu membekas. Ya, seringkali kita hanya mendengar tapi tidak mendengarkan. Atau bahkan kita hanya didengar tapi tidak didengarkan. Hanya berbeda akhiran -kan tapi dalam maknanya.
       Jika kita hanya mendengar maka kita hanya membutuhkan fungsi telinga saja. Tapi untuk mendengarkan, bukan hanya fungsi telinga saja yang dibutuhkan. Kita membutuhkan fungsi hati untuk merasakan apa yang kita dengar dan juga fungsi akal untuk mengerti maksud yang kita dengar. Jika hanya mendengar biasanya banyak memunculkan salah paham. Maksud yang bercerita A sedangakan yang mendengar menangkapnya B. Tapi jika mendengarkan maka si pendengar bukan hanya saja mengerti maksud yang di ceritakan tapi perasaannya dapat menangkap rasa yang disampaikan.
         Suatu hari ada sms dari seorang teman yang mengeluhkan hubungannya dengan suami.
 " Saya bingung, maksudnya ngajak suami sharing .Ngajak ia ngobrol banyak dengan baik baik. Tapi kok jadi sering salah faham ya, disangkanya saya nuntut macam macam. Diajak ngomong salah ga diajak ngomong tambah salah" keluhnya.
        Terlepas dari bagaimana cara sang istri berbicara atau tepatkah waktunya ia ber bicara dan lain lain,andai sang suami mau sedikit saja menunda aktifitas fisik dan fikirannya untuk sejenak mendengarkan mungkin sang istri tidak akan bingung. Memang benar, terkadang wanita untuk menyampaikan satu maksud saja ceritanya bisa kemana mana. Maksudnya ingin mendiskusikan tentang pendidikan anaknya, tapi bisa jadi ada keluhan tentang biaya pendidikan yang mahal, cerita tentang kenakalan anaknya, betapa capainya sang istri mengurusi anak anaknya,dsb. Tapi begitulah wanita. Ingin selalu membicarakan apa yang ada dihati dan fikirannya.
       Disisi lain, bagi suami biasanya mereka lebih senang memikirkan apa yang akan dilakukan tanpa banyak bicara jika dirasa tidak perlu. Hingga terkadang aktifitas mendengarkan bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan bagi suami. Apalagi jika isinya sesuatu yang dianggap tidak penting dan penuh dengan keluhan serta tuntutan. Straight to the point, begitulah pria. Tapi sayangnya para istri bukan penganut ilmu kebathinan yang selalu bisa membaca fikiran suami.
        Inilah hebatnya dunia pernikahan. Menikahkan dua jenis manusia yang benar-benar berbeda untuk bersinergi menjadi satu demi kehidupan baru yang sakinah mawaddah warahmah. Dalam pernikahan, kita 'dipaksa' untuk saling melengkapi. Tapi bagaimana bisa melengkapi jika tidak saling memahami. Dan satu satunya alat untuk saling memahami adalah mendengarkan.
        Terkadang untuk menu masakan saja sang istri bertanya pada suami, mau masak apa hari ini. Maksud hati agar sajiannya nanti sesuai keinginan suami. Tapi pertanyaan ini bisa saja menganggu bagi suami. Hanya sekedar masak saja  pakai bertanya. Seharusnya istri tahu apa yang disukai dan tidak disukai suami, fikir sang suami.
    Andai  suami mau mendengarkan sejenak saja pertanyaan istrinya, ia akan mampu menangkap maksud dan rasa yang ada dalam pertanyaannya itu. Suami akan mengerti, walau hanya urusan memasak bukanlah hal mudah bagi sang istri. Setiap hari istri harus memikirkan modifikasi menu makanan yang akan dimasak agar keluarganya tidak bosan. Bukan hanya sekedar memasak tapi juga memikirkan kandungan gizi didalamnya agar  kebutuhan nutrisi keluarganya terpenuhi. Belum lagi ia harus menyesuaikan dengan uang belanja yang ada dan tentunya bukan hanya untuk belanja kebutuhan masak saja. Sungguh  ini bukan pekerjaan yang mudah bagi istri. Apalagi kalau suaminya termasuk tipe komentator makanan. Pasti lebih membingungkan. 
         Suami harusnya  tahu bahwa dibalik pertanyaan itu, istri sedang meminta bantuan untuk kesulitan yang dia rasakan hari itu. Suami harusnya merasakan bahwa menjadi istri dengan memikirkan semua urusan dirumah meski terlihat kecil tapi  se ' abreg'   sangatlah melelahkan dan menguras fikiran. Maka sang suami akan berbaik hati untuk membantu berfikir satu jenis masakan sehat yang ia suka dan sesuai dengan uang belanja. Sebutkan saja apa yang terlintas dalam benak, masalah pun selesai. Suami tidak perlu banyak omong. Istripun senang karena yakin masakannya hari ini pasti disukai suaminya.
         Ini hanya masalah kecil dalam hiruk pikuk rumah tangga. Mendengarkan akan jadi solusi. Apalagi untuk masalah yang besar. Pasti mendengarkan akan lebih-lebih penting.
         Demonstrasi untuk menyuarakan tuntuntan rakyat sudah tak terhitung jumlahnya. Tapi buktinya pemerintah hanya mendengar tidak mendengarkan. Terbukti, mereka sama sekali tidak dapat menangkap maksud yang disampaikan rakyat hingga tidak bisa merasakan apa yang dirasakan rakyat. Rakyat menderita, rakyat ingin perubahan yang jelas terasa. Penguasa malah sibuk memperkaya diri sendiri. Bikin program yang menghabiskan uang rakyat tapi sangat tidak menyentuh rakyat programnya. Rakyat hanya dijadikan objek dagangan. Kasian rakyat, mereka tidak didengarkan oleh penguasa yang tidak mau mendengarkan mereka.
      Mendengarkan akan membuat kita mengerti bahwa dibalik amarah ada keinginan yang ingin dimengerti. Mendengarkan akan membuat kita mengerti bahwa dibalik keluhan ada permintaan yang ingin dipenuhi. Mendengarkan membuat kita mengerti bahwa dibalik tuntutan ada harapan yang ingin diraih. Mendengarkan pula yang akan membuat kita bertindak sesuai keinginan, permintaan dan harapan.

Andai mendengarkan itu mudah.... hidup ini pasti lebih mudah dan indah.